Please enter a search term to begin your search.
08 November 2006.
Tadi sudah dari siang hari hujan turun dengan derasnya, di dalam kantor mulai khawatir "Bagaimana kalau hujannya gak berhenti?" pikirku. Namun 1 jam sebelum aku pulang sekitar jam setengah lima hujan tiba-tiba berhenti, dari yang tadinya deras terus berhenti tanpa gerimis. Aku terus berdoa dengan doa ku yang rada aneh "Ya Allah, kalau memang hujan biarkan hujan, kalau memang tidak hujan biarkan tidak hujan", doaku itu aku kutip dari lagu buatanku "Let It Be".
Kembali keceritaku, waktu sudah menunjukkan pukul 5. Tiba-tiba hujan turun lagi, "Sudahlah!" pikirku "Biarkan hujan turun". AKu pun mengambil wudlu untuk sholat ashar. Ketika selesai sholat ashar hujan agak sedikit mereda. Namun ketika saatnya aku pulang sekitar jam 5:40 hujan mulai bertambah deras. Akupun menetapkan hatiku untuk berhujan-hujanan sambil bersepeda.
Akupun mengganti bajuku, aku tidak memakai sepatuku yang kutinggal di kantor dan membungkus semua barangku di kantong plastik sebelum aku masukkan ke tas kecil dari Mcd milik Kamila. Ketika aku keluar untuk mengambil sepedaku hujan terasa tidak terlalu deras, aku pun buru-buru menaiki sepedaku dan mengayuh sepedaku. Kali ini aku berencana menggunakan jalur rumah kumuh dengan harapan aku tidak harus melewati jalur seberang rel yang penuh lumpur pasar.
Jalanan maet sekali, baru melewati turunan flyover kebayoran aku sudah basah kuyup, jalanpun mulai menunjukkan kebanjirannya. Akupun tidak bisa mengayuh sepedaku dengan setengah cepat. Ketika melewati belakang Binus High akhirnya aku mencopot kacamataku karena malah mengaburkan pandangan. Sehabih itu jalanan lancar malah cenderung sepi dan tidak banjir hanya tergenang normal. Baru ketika melewati jalur mikrolet 09 A di sekitar daerah Cidodol, jalanan tiba-tiba tegenag air sampai setengah roda sepedaku. Ini hal yang paling mengasikkan karena seperti bermain air saja dimana ku berusaha maju dan telah terhambat genangan air malah diperlambat dengan gelombang air akibat mobil lewat, akupun terhuyung-huyung menggoes sepedaku. Tepat ditengah genangan air itu, kakiku terserimpet sesuat, akupun makin susah mengayuh sepdekaku, tapi aku tetap berusaha dan akhirnya keluar juga dari genangan air. Fuih lega banget dan sangat menyenangkan.
Udara yang dingin ditambah suasana yang memang sudah gelap malah tidak membuatku kecapaian. Aku pun menggayuh sepedaku lagi karena yakin sudah tidak ada genangan seperti itu lagi. Tapi aku salah, di turunan ketika aku ketemu mas Athan dari B2W, jalanan tergenang lebih tinggi lagi. Namun tidak ada mobil yang melewati jalan ini, motor yang didepanku pun berbalik arah melihat genangan itu. Aku pun tersenyum, dan mulai memperlambat sepedaku. Ketika di dalam genagan tersebut aku berusaha sekuat tenaga menggayuh sepedaku, kakiku terbenam satu perempat ketika kakiku menggayuh ke bawah. Kali inipun kakiku keserimpet sesuatu, sampah mungki. Namun setelah melewati genangan ait itu akupun lega. Tapi aku sempat berpikir jangan-jangan jalan depan Dinas petamanan DKI banjir lagi, Tapi aku tetap tidak peduli aku terus menggoes sepedaku.
Depnn Denas pertamanan DKi benar sekali jalannya tergenang, tapi tidak terlalu tinggi. Hanya genangan biasa, padahal aku mengirira akan lebih parah lagi. Akhirnya aku samapi di rumah engan basah kuyup, sampah menempel di belakang sepedaku. Tapi ini pengalaman yang asik. Semoga ku tidak terserang flu sehabih bermain hujan-hujanan. Kita liat besok.
Write a comment